Minggu, 20 November 2011






Sidat (Anguilla spp), merupakan komoditas perikanan ini belum banyak dikenal orang.
Padahal, hewan yang mirip dengan belut ini memiliki potensi luar biasa sebagai
komoditas dalam negeri maupun ekspor. Saat ini, permintaan ekspor sidat terus
meningkat. Harga jualnya juga mencengangkan. Ikan sidat merupakan salah satu jenis
ikan yang laku di pasar internasional (Jepang, Hongkong, Belanda, Jerman, Italia dan
beberapa negara lain), dengan demikian ikan ini memiliki potensi sebagai komoditas
ekspor. Di Indonesia sendiri, sumberdaya benih cukup berlimpah. Setidaknya, terdapat
empat jenis sidat, yaitu Anguilla bicolor, Anguilla marmorata, Anguilla nebulosa, dan
Anguilla celebesensis.
Secara kasat mata, ikan sidat memiliki bentuk yang menyerupai belut. Secara fisik belut
memiliki bentuk kepala lancip dan bulat, sedangkan ikan sidat ini mempunyai bentuk
kepala segitiga, badan berbintik-bintik, dan ekor yang mirip ekor lele. Sidat juga bukan
belut berkuping. Karena, yang selama ini dianggap telinga, sebenarnya adalah sirip.



Dilihat dari ukurannya, panjang tubuh belut akan mentok di kisaran 60 cm. Sedangkan
panjang sidat berkisar 80 cm−125 cm. Bobot terberat binatang ini juga bisa menyentuh
angka 1 kg. Bahkan, di Pulau Enggano, Propinsi Bengkulu pernah ditemukan ikan sidat
dengan berat sampai 10 kg.

Selain memiliki pasar ekspor yang potensial, ikan sidat sendiri memiliki kandungan
vitamin yang tinggi. Hati ikan sidat memiliki 15.000 IU/100 gram kandungan vitamin A.
Lebih tinggi dari kandungan vitamin A mentega yang hanya mencapai 1.900 IU/100
gram. Bahkan kandungan DHA ikan sidat 1.337 mg/100 gram mengalahkan ikan salmon
yang hanya tercatat 820 mg/100 gram atau tenggiri 748 mg/100 gram. Sementara
kandungan EPA ikan sidat mencapai 742 mg/100 gram, jauh di atas ikan salmon yang
hanya 492 mg/100 gram dan tenggiri yang hanya 409 mg/100 gram. Dengan fakta seperti
itu, maka membudidayakan ikan sidat selain mempunyai potensi pasar yang menjanjikan
juga bisa memberikan jaminan gizi kepada orang yang mengkonsumsinya.
Namun, saat ini di Indonesia sumberdaya ikan sidat belum begitu banyak dimanfaatkan
seperti halnya di Jepang ataupun Negara Eropa lainnya. Padahal di berbagai wilayah di
Indonesia ukuran benih maupun ukuran konsumsi ikan ini jumlahnya cukup melimpah.
Tingkat pemanfaatan ikan sidat secara lokal juga masih sangat rendah, akibat belum
banyak dikenalnya ikan ini, sehingga kebanyakan penduduk Indonesia belum familiar
untuk mengkonsumsi ikan sidat. Demikian pula pemanfaatan ikan sidat untuk tujuan
ekspor masih sangat terbatas.
 
Siklus Hidup  Sidat

Sidat berkembang biak umumnya di lapisan bawah air laut pada suhu sedang (16-17 ° C) dan salinitas 35 persen. Kedua kondisi ini dianggap yang terbaik bagi Sidat dewasa untuk bertelur dan juga telur untuk menetas. Pemijahan dimulai dari musim semi ke tengah musim panas. Seekor sidat betina besar dapat meletakkan 7.000.000 -13.000,000 telur plankton pada saat bertelur.

Setiap ukuran telur sekitar 1,00 mm.
 Telur akan menetas dalam waktu 10 hari setelah pemijahan dan menghasilkan larva dengan ukuran 6,00 milimeter. Mereka menetas pada kedalaman sekitar 400-500 meter yang tampaknya menjadi tempat ideal pemijahan bagi mereka. Pada tahap awal penetasan,larva sidat mempunyai tubuh leptocephalous (kepala berwarna dan tubuh transparan) atau disebut Glass Eel  
kemudian akan mengalami pertumbuhan awal dengan panjang tubuh 7-15 mm kemudian mereka mulai bangkit naik ke ketinggian MTs 100-300 dan terus bergerak naik lagi naik ke ketinggian 30 meter dari permukaan laut. 
 
Selama siang hari Glass Eel berada tetap di perairan yang lebih dalam dan pada malam hari akan muncul ke permukaan untuk makan.Dengan cara ini mereka bergerak naik dan turun pada siang dan malam sampai mereka bergerak lebih jauh menuju ke muara. 
Saat mereka mendekati muara Glass Eel mengalami metamorfosis menjadi Elver,  

kemudian melakukan migrasi kecil dari muara ke sungai dan menyembunyikan diri di antara; kerikil, ganggang,ranting atau mengubur diri dalam lumpur sampai suhu air sungai  menjadi setidaknya 8-100 Celcius. Dengan kata lain Elver menunggu kondisi yang tepat untuk masuk sungai.Elver memiliki kemampuan luar biasa untuk merasakan air segar dari jarak yang sangat jauh (sekitar 16 km) dan mereka akan terus bergerak ke arah itu.

Sampai periode ini saluran pencernaan Elver akan penuh dengan detritus (partikel pasir sangat kecil). Setelah migrasi ke sungai Elver memakan organisme hidup kecil dan tubuh menjadi lebih pendek, bulat dan berpigmen. Permukaan dorsal tubuh menjadi lebih gelap. Ketika mereka tumbuh besar mereka bermigrasi ke lapisan atas dari air laut.

Alter mereka telah tumbuh hampir ke ukuran penuh saat mereka bermigrasi ke sungai. 
Sidat Eropa mencapai pantai dan memasuki sungai-sungai sekitar tiga tahun setelah menetas sedangkan Sidat Jepang / tropis mencapai pantai dan mulai memasuki sungai dalam satu tahun menetas.
Sebelum mereka memasuki sungai perubahan bentuk mereka mengalami perubahan tubuh dari tubuh rata menjadi silinder dan panjang badan akan menyusut.
Hal ini disebabkan oleh dehidrasi dari tubuh.usus akan menjdi pendek dan dentikel diganti dengan gigi tetap.Setelah itu bermetamorfosis ke daerah beriklim sedang dan bersembunyi di dasar menunggu air sungai menjadi hangat.sidat kebanyakan masuk sungai selama waktu malam; entri maksimum yang diamati dalam beberapa jam setelah matahari terbenam.

Ketika mereka memasuki sungai mereka menghadapi segala macam rintangan dan ancaman dari predator.
 Ketika mereka berada di sungai mereka makan udang kecil, kepiting kecil,anakan ikan, dll. Mereka memiliki stamina yang luar biasa dan daya tahan mereka bisa memanjat bahkan menuruni air terjun untuk mencapai beberapa tempat di hulu. Setelah itu mereka tinggal dalam lumpur kerikil atau di celah-celah batuan pada siang hari dan pada malam hari mereka memakan semua jenis serangga air, ikan,Cacing,siput dll. Namun, intensitas makan menurun jauh ketika suhu air turun di bawah 15 ° C dan berhenti sama sekali diats 100 celcius. Pada saat yang sama nafsu makan hilang jika suhu mencapai pada atau di atas 280 Celcius. Di musim dingin mereka tidak makan tapi berhibernasi di bawah lumpur atau kadang-kadang mereka bermigrasi ke daerah yg dimana suhu airnya lebih hangat dan dapat meneruskan intensitas makannya.

Jantan dewasa akan berada di usia 3-4 tahun dan
betina dewasa 5 tahun. 


Sidat dewasa  berwarna lebih gelap selama September, dan Oktober dan bagian sisinya menjadi pucat dengan warna kuning keemasan.Sisi ventral berwarna jingga terang dan dasar sirip dada berwarna kuning emas.Setelah terjadi perubahan warna tubuh sidat beruaya kembali ke laut untuk berkembang biak dan bertelur kemudian betina sidat akan mati dan digantikan dengan anakan sidat yang akan kembali bermigrasi ke muara utk selanjutnya masuk kesungai .
Sidat tidak bisa berkembang biak di air tawar baik sungai ataupun danau,Sidat hanya berkembang biak di laut.Sidat sangat aktif di malam hari baik di laut maupun di sungai.belum ada penelitian membuktikan bahwa sidat bisa dipijahkan di air tawar.Sidat akan menghindari sumber cahaya baik cahaya matahari maupun cahaya lainnya.