Info Sidatku


*** Kolam Pemeliharaan Sidat


Di alam, ikan sidat banyak ditemukan hidup di daerah rawa-rawa yang mengalami pasang surut dan di sungai-sungai besar maupun kecil di sepanjang pantai. Habitat aslinya di daerah panas, di perairan yang masih asli, jauh dari pemukiman dan polusi, banyak tanaman rimbun dan banyak suplai air baru dan banyak juga anakan udang sebagai pakan alami sidat. Jarang ditemui di perairan yang bening.
Berdasarkan habitat aslinya itulah kita berusaha mereplika/meniru kolam tempat pembesaran ikan sidat. Kolam yang dipakai bisa dari terpal, kolam permanen maupun kolam tanah.
Apapun bentuk kolam yang dipakai harus memenuhi syarat sbb :

1. Cukup sinar matahari
2. Mengandung O2 yang memadai
3. Sirkulasi air bagus
4. Dasar kolam diberi lumpur (untuk kolam sistem green water)
5. Penutup atas kolam, plastik dan paranet ( 50%)
6. Tempat berlindung di dasar kolam
7. Tanaman air
8. Probiotik dan bakteri pengurai maupun penumbuh plankton
9. Pemberian jamu dan bahan organik lain untuk mencegah penyakit

• Sinar matahari cukup tapi tidak terlalu panas agar perbedaan suhu air waktu siang dan malam tidak terlalu banyak berubah. Selisih suhu sebaiknya 3-5oC.
• Mengandung kadar oksigen (O2) yang tinggi. Untuk itu di dalam kolam perlu ditambahkan tanaman air, penumbuh plankton dan peralatan yang memadai (waterpump dan airator)
• Waterpump dipasang di pinggir kolam untuk memutar air kolam sehingga kotoran akan selalu berada di tengah kolam, sedangkan airpump (gelembung air) dipasang di tengah kolam di beberapa titik untuk menambah suplai oksigen terutama pada malam hari, karena tanaman air justru menyerap oksigen.
• Setiap hari air kolam sebaiknya dikurangi 10-20% dan ditambahkan air baru, setelah itu diberi pakan. Pergantian air ini penting sekali sebab hasil sekresinya / kotorannya sangat bau, karena mengandung amoniak tinggi. Untuk mengurai kotoran dan amoniak itu secara rutin (seminggu sekali) tambahkan probiotik atau bakteri pengurai 50ml/1m3 air.
• Khusus untuk kolam yang baru, baik dari terpal maupun dari tembok, tambahkan lumpur sawah di tengah kolam untuk memancing pertumbuhan plankton dan sebagai rumah bakteri (tempat berkumpulnya bakteri pengurai). Ketebalan lumpur cukup 3-5 cm saja dan tebarkan cacing sutra diatas lumpurnya agar cepat berkembang biak dan tidak mudah mati.
• Untuk bibit yang baru dimasukkan, hindarkan dari air hujan, pasang penutup plastik agar kualitas air tidak berubah drastis sebab air hujan bersifat asam.
• Ikan sidat bersifat NOCTURNAL, yaitu hewan yang aktif di malam hari. Pada siang hari lebih banyak bersembunyi di lubang-lubang atau di balik batu dan di rerimbunan akar tanaman air. Untuk itu didalam kolam perlu juga diberi tempat berlindung. Bisa berupa tanaman air (eceng gondok, kangkung air, dll), bisa juga dari genting, tumpukan batu, potongan bambu/ paralon dll.

Setelah kita memahami berbagi hal mengenai ikan sidat, mulai dari penangkapan bibit, penampungan, transportasi, persiapan media dan kolam serta peralatannya. Berikutnya adalah bagaimana cara memeliharanya. Setiap tahap yang dibahas sebelumnya sangat mnenentukan hasil akhir dari pemeliharaan. Sebab bagaimanapun bagusnya kolam dan cara memeliharanya, tetapi jika bibit tidak bagus, penampungan jelek transportasi asal-asalan, dll, maka hasil pemeliharaannya juga tidak akan maksimal.



*** PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN SIDAT



Selama kegiatan budidaya ikan sidat terdapat beberapa gangguan kesehatan pada ikan sidat antara lain hama dan penyakit yang memerlukan pengendalian sebagai berikut.

1. Hama
Menurut Liviawaty dan Afrianto (1998), hama ikan sidat yaitu organisme yang berukuran besar yang mampu menimbulkan gangguan atau memakan ikan sidat. Hama dapat berperan sebagai predator yang bersifat memangsa terutama pada stadia glass eel. Ada juga yang sifatnya sebagai kompetitor yang bisa menimbulkan persaingan dalam mendapatkan oksigen, pakan dan ruang gerak.

2. Penyakit.
2.1. Penyakit parasitik
Penyakit parasitik adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme parasit yang dapat menimbulkan penyakit seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, golongan cacing dan udang renik. Jenis penyakit parasitik yang menyerang ikan sidat berdasarkan jenis parasit yang menyerangnya antara lain :

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Bakteri adalah organisme satu sel yang mempunyai daerah penyebaran yang relatif luas sehingga hampir dapat dijumpai dimana saja. Bakteri mempunyai ukuran relatif besar daripada virus, yaitu 0.3 mikron – 0.5 mikron. Jenis penyakit pada ikan sidat yang disebabkan oleh bakteri diantaranya :

Aeromonas Disease

Penyebabnya adalah bakteri yang tergolong kedalam genus Aeromonas dan Paracolotrum. Menyerang bagian sirip sehingga sirip yang terkena penyakit ini akan mengembang. Penganganan ikan sidat yang terserang bakteri ini dapat dilakukan dengan senyawa sulfa, antibiotik atau senyawa furane yang dicampurkan terlebih dahulu ke dalam pakan.

Gill disease

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang menyerang insang. Penyakit ini dapat menimbulkan kematian karena merusak bagian insang, sehingga menganggu sistem pernapasan. Penyakit ini dapat disembuhkan dengan melakukan perendaman kedalam methylene blue dan penambahan senyawa sulfa, furane atau senyawa kimia anti bakteri.

Red disease

Penyebab penyakit ini adalah bakteri, yang menyerang pada ikan sidat dewasa.meyerang organ luar dan dalam seperti usus, hati dan ginjal. Bagian tubuh ikan sidat yang terkena penyakit ini menjadi kasar dan terlihat merah. Pengobatan ikan sidat yang terkena penyakit ini dapat diobati dengan melakukan kedalam malachit green atau methylene blue dan penambahan senyawa sulfa, furane atau senyawa kimia anti bakteri.

Penyakit yang disebabkan oleh virus

Virus adalah organisme penyebab penyakit yang sangat kecil karena memiliki ukuran tubuh antara 25 – 300 nanometer sehingga hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Aktivitas serangan virus yang bersifat akut menyebabkan kerusakan jaringan yang cukup luas dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang singkat. Penyakit ini menyerang pada insang dan ginjal ikan sidat. Tubuh ikan sidat yang terserang penyakit ini akan memendek (dehidrasi), densitas jarang meningkat dan jumlah garam tubuh menurun. Cara untuk mengobati penyakit ini dapat dilakukan dengan menambahkan garam ke dalam pakan.

Penyakit yang disebabkan oleh jamur

Jamur adalah mikroorganisme yang sering terlihat seperti benang yang tumbuh menyebar di bagian dalam atau luar tubuh ikan sidat. Jamur mempunyai ukuran lebih besar daripada bakteri sehingga lebih mudah dideteksi. Jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur yang menyerang ikan sidat adalah cotton cap atau water muould. Penyebab dari penyakit ini adalah jamur Saprolegnia parsitica, yang biasanya banyak menyerang ikan sidat yang berukuran fingerling dan dewasa. Pengobatan ikan sidat yang sudah terserang penyakit ini dilakukan dengan cara perendaman kedalam larutan methylene blue 2 ppm selama 4 hari dengan masa istirahat 10 hari.

Penyakit yang disebabkan oleh protozoa

Beberapa jenis penyakit pada ikan sidat yang disebabkan oleh protozoa adalah sebagai berikut :

White Spot Disease.

Penyakit ini disebabkan oleh Ichthyophthrius multilifis yaitu jenis protozoa yang sering menyerang pada ikan, baik ikan hias ataupun ikan konsumsi. Sidat yang terserang protozoa ini akan terlihat bintik-bintik putih yang berdiameter 0.5 – 1 mm. Bagian tubuh ikan sidat yang terserang penyakit ini adalah pada bagian sirip, tutup insang dan ekor. Pengobatan yang paling efektif untuk memberantas patogen ini adalah pada fase kista atau post kista. Jenis obat yang dapat digunakan untuk memberantas jenis protozoa ini antara lain garam dapur (NaCl), methylene blue, formalin dan larutan kina.

Myxidium Disease

Penyebaran penyakit ini adalah dengan spora. Spora protozoa ini akan menimbulkan bulatan putih pada permukaan kulit ikan sidat yang terserang. Sejauh ini belum ditemukan cara untuk mengobati penyakit ini, apabila dalam kolam terdapat sidat yang telah terserang penyakit ini sebaiknya langsung dibuang.

Cripple Body Disease

Penyakit ini disebabkan oleh patogen Plisthopora yang termasuk protozoa. Jenis protozoa ini menyerang sistem jaringan sehingga menyebabkan tubuh ikan sidat yang terserang menjadi mengerut. Ikan sidat muda yang warna kulit tubuhnya putih susu dapat diindikasikan bahwa sidat tersebut telah terserang oleh protozoa jenis ini. Cara mengobati penyakit yang disebabkan protozoa ini belum ada, apabila pada kolam pemeliharaan ditemukan ikan sidat yang terserang sebaiknya langsung dibuang.

Penyakit yang disebabkan oleh Nematoda

Salah satu nematoda yang menyerang ikan sidat adalah Anguillicola grobiceps. Nematoda ini menyerang gelembung renang ikan sidat. Ikan sidat yang terinfeksi akan mengalami luka-luka dan borok. Perlakuan yang efektif untuk memberantas patogen ini masih belum ada, kecuali jika nematoda muda keluar dari gelembung renang menuju kolam, mereka tidak tahan terhadap formalin.

Penyakit yang disebabkan oleh copepoda

Copepoda adalah jenis parasit yang biasa menyerang ikan sidat pada bagian luar Anchor Worm Disease. Copepoda yang menyebabkan penyakit ini adalah Lernea cyprinaceae. Menyerang bagian hidung dan mulut ikan sidat. Patogen ini dapat menyebabkan luka dan borok sehingga akan mengurangi kemampuan ikan sidat untuk makan. Pengobatan ikan sidat yang terserang cacing jangkar ini dapat dilakukan dengan merendamnya dalam larutan bromex 0.12 – 0.15 ppm atau larutan dipterex 0.25 ppm selama 4 – 6 jam. Perendaman dapat dilakukan dalam larutan Kliuj Permanganat (PK) tapi dosis penggunaan PK ini sedikit lebih rendah dari konsentrasi lethal bagi sidat, sehingga penggunaan PK jarang dilakukan.

Plistophora

Plistophora anguilarum merupakan parasit mikrosporidium yang menyerang otot ikan sidat. Patogen ini masuk melalui kulit dan masuk ke bagian otot kemudian membuat kista. Penyakit ini akan menyebabkan pertumbuhan terhenti dan permukaan tubuhnya tidak rata. Sampai dengan saat ini, belum ada perlakuan yang efektif untuk mengobati ikan sidat yang terserang penyakit ini, karena spora parasit ini memiliki dinding yang tebal sehingga bahan kimia tidak mampu menembusnya.

Cauliflower Disease

Penyakit ini akan membentuk tumor terutama pada bagian hidung dan mulut, sehingga mengganggu aktivitas ikan sidat terutama pada saat mencari makan. Belum ada cara pengobatan untuk jenis penyakit ini karena patogen penyebabnya pun sampai saat ini belum diketahui.

2.2. Penyakit non parasitik
Penyakit non parasitik adalah penyakit yang bukan disebabkna oleh hama ataupun organisme parasit. Penyakit non parasitik yang menimpa ikan sidat diantaranya disebabkan oleh :

Faktor lingkungan yang kurang menunjang bagi kehidupan ikan sidat.

Faktor lingkungan tersebut antara lain : pH air yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, kandungan oksigen yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, fluktuasi suhu yang terlalu tinggi dan perubahan mendadak serta adanya polutan.

Kualitas pakan

Pakan yang diberikan kurang baik (malnutrisi) anatara lain: kekurangan vitamin, gizinya terlalu rendah, kualitas bahan baku pakan yang jelek.

Turunan, antara lain kelainan fisik yang sudah ada sejak lahir.

Salah satu penyakit non parasitik yang sering dialami pada pemeliharaan ikan sidat adalah deplesi oksigen. Pengaruh dari deplesi oksigen terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Konsentrasi oksigen terlarut pada kolam rendah, ikan sidat akan mengalami stress sehingga mudah diserang oleh patogen lain. Kejadian ini biasanya terjadi pada saat malam hari karena konsentrasi oksigen terlarut dalam air dipengaruhi oleh fotosintesis, respirasi dan proses difusi. Kegiatan fotosintesis terjadi pada siang hari dan proses respirasi akan menghasilkan karbondioksida sehingga pada malam hari konsentrasi oksigen terlarutnya rendah. Cara untuk memecahkan masalah kekurangan oksigen ini adalah membantu menambahkan adanya proses difusi yang dapat dilakukan dengan pemasangan kincir.


*** MANFAAT GARAM BAGI IKAN :


Benda berupa kristal berwarna putih ini sudah sangat lama dikenal oleh para akuaris. Keberadaannya bukan merupakan hal yang asing, bahkan boleh dikatakan kehadiran benda ini seolah sudah menjadi bagian terintegrasi dengan hobi ikan hias. Garam yang dimaksud adalah garam NaCl, yaitu garam seperti yang kita kenal pada umumnya sebagai garam dapur dalam kehidupan sehari-hari. Rupa dan rasanya sama. Perbedaan utama antara garam ikan dengan garam dapur atau garam meja adalah pada kemurniannya. Garam ikan diharapkan hanya mengandung NaCl saja, karena kehadiran bahan lain pada garam ini dikhawatirkan akan mempunyai dampak yang tidak diinginkan pada ikan yang bersangkutan. Sedangkan garam dapur sering telah mengalami pengkayaan dengan berbagai bahan lain yang diperlukan oleh manusia, seperti Iodium, atau bahan lainnya. Oleh karena itu sering kali secara umum disebutkan bahwa garam yang digunakan untuk ikan adalah garam tidak beriodium. Iodium sendiri tentu saja diperlukan oleh ikan, akan tetapi kehadiran bahan lain yang tidak diketahui dengan pastilah yang menimbulkan kekhawatiran akan menyebabkan dampak yang tidak diinginkan. Apabila tidak terlalu mendesak maka penggunaan garam yang memang sudah dikhususkan untuk ikan akan lebih aman. Meskipun demikian banyak dilaporkan bahwa penggunaan garam beriodiumpun tidak menyebabkan dampak merugikan pada ikan-ikan yang diberi perlakuan tersebut. 

Fungsi Garam
Ikan , dalam hal ini ikan air tawar, di dalam air ibarat sekantung garam. Ikan harus selalu menjaga dirinya agar garam tersebut tidak melarut, atau lolos kedalam air. Apabila hal ini terjadi maka ikan yang bersangkutan akan mengalami masalah. Secara umum kulit ikan merupakan lapisan kedap, sehingga garam didalam tubuhya tidak mudah “bocor” kedalam air. Satu-satunya bagian ikan yang berinteraksi dengan air adalah insang. 

Air secara terus menerus masuk kedalam tubuh ikan melalui insang. Proses ini secara pasif berlangsung melalui suatu proses osmosis yaitu, terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya. Sebaliknya garam akan cenderung keluar. Dalam keadaan normal proses ini berlangsung secara seimbang. Peristiwa pengaturan proses osmosis dalam tubuh ikan ini dikenal dengan sebutan osmoregulasi. Tujuan utama osmoregulasi adalah untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh ikan. Apabila ikan tidak mampu mengontrol proses osmosis yang terjadi, ikan yang bersangkutan akan mati., karena akan terjadi ketidak seimbangan konsentrasi larutan tubuh, yang akan berada diluar batas toleransinya.

Pada saat ikan sakit, luka, atau stress proses osmosis akan terganggu sehingga air akan lebih banyak masuk kedalam tubuh ikan, dan garam lebih banyak keluar dari tubuh, akibatnya beban kerja ginjal ikan untuk memompa air keluar dari dalam tubuhnya meningkat. Bila hal ini terus berlangsung, bisa sampai menyebabkan ginjal menjadi rusak (gagal ginjal) sehingga ikan tersebut tewas. Selain itu, hal ini juga akan diperparah oleh luka dan atau penyakitnya itu sendiri. Dalam keadaan normal ikan mampu memompa keluar air kurang lebih 1/3 dari berat total tubuhnya setiap hari. Penambahan garam kedalam air diharapkan dapat membantu menjaga ketidak seimbangan ini, sehingga ikan dapat tetap bertahan hidup dan mempunyai kesempatan untuk memulihkan dirinya dari luka, atau penyakitnya. Tentu saja dosisnya harus diatur sedemikan rupa sehingga kadar garamnya tidak lebih tinggi dari pada kadar garam dalam darah ikan. Apabila kadar garam dalam air lebih tinggi dari kadar garam darah, efek sebaliknya akan terjadi, air akan keluar dari tubuh ikan, dan garam masuk kedalam darah, akibatnya ikan menjadi terdehidrasi dan akhirnya mati.

Pada kadar yang tinggi garam sendiri dapat berfungsi untuk mematikan penyakit terutama yang diakibatkan oleh jamur dan bakteri. Meskipun demikian lama pemberiannya harus diperhatikan dengan seksama agar jangan sampai ikan mengalami dehidrasi. 

Beberapa Keunggulan Garam Ikan
Pemberian garam termasuk aman bagi ikan, asal diberikan dengan dosis yang sesuai. Selain itu juga aman bagi manusia. 
Seperti disebutkan sebelumnya, garam akan membantu menyeimbangkan kembali proses osmoregulasi dan memicu daya tahan tubuh ikan terhadap penyakit yang dideritanya.
Sampai tahap tertentu diketahui garam mampu memblokir efek nitrit. Nitrit dalam air dapat terserap kedalam system peredaran darah ikan, sehingga darah berubah menjadi kecoklatan. Kehadiran nitrit akan menyebabkan kemampuannya untuk membawa oksigen menjadi menurun, sehingga pada kondisi kelebihan nitrit sering terjadi “penyakit darah coklat”. Dengan adanya garam kejadian demikian bisa dihindari.
Garam mampu membunuh parasit-parasit bersel tunggal seperti Ich (white spot), jamur dan bakteri lainnya. Terakhir garam mudah didapat dan mudah dibeli, sehingga bisa tersedia setiap saat pada waktu diperlukan.

Dosis dan Cara Pemberian

Garam sudah lama digunakan sebagai antiseptik pada akuarium, selain itu juga kerap digunakan sebagai anti jamur (fungisida). Meskipun demikian akhir-akhir ini penggunaan garam sebagai fungisida relatif jarang dilakukan karena banyaknya anti jamur lain yang telah dibuat khusus untuk ikan.

Beberapa dosis penggunaan garam adalah:

Sebagai profilaktik:
Sebagai profilaktik, atau sebagai tonik, atau dalam bahasa umum sebagai “jamu” dianjurkan untuk menggunakan garam sebanyak 1 – 2 sendok teh garam per 4 liter air, atau sebanyak 1 – 2 gram per liter. Atau dengan kata lain sebanyak 0.1 – 0.2 persen. Sebelumnya garam disiapkan di suatu wadah. Kemudian dibuat larutan dalam wadah tersebut sesuai dengan dosis. Setelah garam melarut baru dimasukan kedalam akuarium. Dosis sebagai “jamu” ini digunakan apabila kita belum tahu persis penyakit apa yang sebenarnya menjangkiti ikan, atau bisa juga digunakan apabila ikan terluka, stress dan sejenisnya. Dengan demikian sistem osmoregulasi ikan tetap prima sehingga ikan mudah melakukan pemulihan.

Sebagai perlakuan pengobatan infeksi jamur dan atau bakteri
Untuk keperluan ini diperlukan larutan garam dengan konsentrasi 1 %, atau larutan 10 g garam dan 1 liter air. Pemberian larutan ini hendaknya diberikan secara sedikit demi sedikit sehingga konsentrasi tersebut akan tercapai setelah 24 – 48 jam. Jadi jangan diberikan sekaligus sebanyak 1 %, tapi diberikan secara perlahan-lahan. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kejutan osmotic, atau stress pada ikan yang bersangkutan. 

Pada awalnya konsentrasi larutan dapat dimulai pada tingkat 0.1 – 0.2 %. Kemudian secara teratur garam ditambahkan pada selang waktu tertentu, misalnya setiap 3-4 jam sekali. Apabila pada saat peningkatan konsentrasi garam ini ikan mengalami stress, hentikan segera perlakuan, kemudian ganti air sebagian sehingga konsentrasi garam turun ketingkat semula.

Untuk mengurangi pengaruh racun dari nitrit.
Untuk mengurangi pengaruh nitrit dosis yang dianjurkan adalah 1 gram perliter air.

Untuk melepaskan lintah pada ikan
Dapat dilakukan dengan merendam ikan yang bersangkutan secara singkat dalam larutan garam 2.5 %. Perendaman pada dosis demikian akan menyebabkan lintah melepaskan diri dari tubuh ikan. Meskipun demikian larutan ini tidak akan membunuh lintah itu sendiri.

Sebagai obat infeksi Piscinoodinium (Velvet).
Pengobatan terhadap infeksi Piscinoodinium dapat dilakukan dengan perendaman jangka panjang dalam larutan garam dengan konsentrasi 10 gram per 45 liter air. Atau 1 sendok teh per 4 liter air. 

Perhitungan
Untuk memberikan perlakuan garam yang tepat pertama kali harus diketahui volume air dari akuarium yang akan diberi perlakuan. Sebagai contoh apabila anda mempunyai akuarium dengan ukuran 100 cm x 50 cm x 50 cm tapi diisi air setinggai 40 cm saja, maka volume airnya adalah 100 x 50 x 40 cm3 = 2.000.000 cm3 atau sama dengan 200 liter air atau sama dengan 200 kg.
Apabila dosis garam yang diperlukan adalah 1 % maka garam yang diperlukan adalah 1 % (0.01) x 200 kg = 2 kg . Sedangkan bila dosis garam yang diperlukan adalah 0.1 % maka yang diperlukan adalah 0.1 % (0.001) x 200 kg = 0.2 kg atau kurang lebih 2 ons atau 200 gram.


  • Perlu diperhatikan bahwa tidak semua ikan air tawar tahan terhadap pemberian garam. Oleh karena itu, sebelum melakukan perlakuan pemberian garam, yakinlah terlebih dahulu bahwa ikan yang dipelihara bukan termasuk ikan yang peka terhadap garam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar